سُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ
“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah lepas bulan Rajab Al-Haram..” (Fathul-Bari, IV/213)
Sya’ban dalam bahasa Arab terdiri dari lima huruf. Mereka adalah syin, ain, ba’, alif dan nun. Huruf syin mewakili kata syaraf yang bermakna kemuliaan. Huruf ‘ain adalah singkatan dari ‘uuwwi yang berarti tingkat tinggi. Huruf ba’ dari kata birr yaitu kebaikan. Adapun alif dari kata ulfah yang mengandung makna kasih sayang. Sedangkan nun dari kata nur yang berarti cahaya. Inilah segala predikat yang melekat dalam bulan Sya’ban yang disediakan oleh Allah SWT. untuk hamba-hambanya. Pada bulan Sya’ban inilah Allah SWT. membuka pintu-pintu kebaikan dan menurunkan berkah-Nya dan pada bulan inilah Allah SWT. bershalawat kepada Rasulullah SAW selaku Khairul bariyyah (makhluk yang paling mulia). Oleh karena itu, kita juga harus mempelajari kejadian-kejadian yang mengikuti kemuliaan bulan Sya’ban tersebut. Diantaranya yaitu 8 peristiwa dibawah ini :
- Kelahiran
- Zainab binti Ali bin Abi Thalib sa (bahasa Arab:زینب بنت علي بن أبی طالب) adalah seorang putri dari keturunan Imam Ali dan Sayidah Fatimah RA (1 Sya’ban 5H/626 atau 6H/627 – w. 62H/681). Dia adalah istri Abdullah bin Ja’far dan turut hadir bersama Imam Husain ra pada peristiwa Karbala.
- Al-Husain bin ‘Alī bin Abī Thālib (Bahasa Arab: الحسين بن علي بن أﺑﻲ طالب Sya’ban 4 H – 10 Muharram 61 H; 8 Januari 626 – 10 Oktober 680 AD) adalah putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra dan cucu Nabi. Dia dianggap oleh Syiah sebagai Imam ketiga Syiah dan ayah dari dinasti Imam Syiah dari Dua Belas Imam dari Ali bin Husain hingga Mahdi. Ia juga dikenal dengan nama panggilannya, Aba Abdullah. Husain terbunuh pada hari Asyura dalam pertempuran Karbala, dan karena alasan ini kaum Syiah juga memanggilnya Sayyidus Syuhada (penguasa para syuhada).
- Abbas bin Ali bin Abi Thalib (bahasa Arab: العباس بن علي بن أبي طالب عليه السلام Lahir 4 Sya’ban) yang lebih dikenal dengan Abul Fadhl dan Qamar Bani Hasyim adalah anak kelima Imam Ali as dan anak pertama Ummul Banin. Keikutsertaan Abbas pada tragedi Karbala dan kesyahduannya pada hari Asyura merupakan fase terpenting kehidupannya.
- Ali bin Husain lahir di Madinah di Hijaz, sekarang di Arab Saudi, pada tahun 5 Sya’ban 38 H/658–9 M Dia mungkin terlalu muda untuk mengingat kakeknya, Ali; ia dibesarkan di hadapan pamannya Hasan dan ayahnya Husain, cucu Muhammad. Menurut Donaldson, Ali bin Husain berusia dua tahun ketika kakeknya, Ali, meninggal. Dia hidup sepuluh tahun selama Imamah pamannya, Hasan bin Ali, sepuluh tahun selama Imamah ayahnya, Husain bin Ali, dan 35 tahun sebagai Imam sendiri. Jadi Ali meninggal pada tahun 94/95 H pada usia lima puluh tujuh tahun menurut penanggalan Hijriah, selama kekhalifahan al-Walid I, ketika Hisyam bin Abdul Malik masih muda.
- Qasim bin Hasan (bahasa Arab: قاسم بن الحسن ) yang lahir pada 7 Sya’ban. Salah seorang putra dari Imam Hasan al-Mujtaba as yang turut gugur sebagai syuhada di padang Karbala pada peristiwa Asyura 61 H. Ia pada malam Asyura, menjawab pertanyaan pamannya Imam Husain as akan pendapatnya mengenai kematian yang tidak lama lagi menjelang, Qasim bin Hasan menjawab, bahwa kematian itu lebih manis dari madu.
- Ali al-Akbar ibn Husain (bahasa Arab: علي الأكبر بن حسين, Sebelas Sya’ban 42 H 662 – 10 Muharram 61 H / 10 Oktober 680) adalah cucu Nabi Muhammad SAW dari Husain bin Ali, dan Ummu Layla. la mempunyai badan yang semakin besar dibandingkan kakaknya, Ali Zainal Abidin bin Husain, oleh sebab itu, ia digelari Ali Akbar (Ali yang berbadan besar).
- Kewafatan Ummu Kultsum wafat ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, tepatnya pada bulan Sya’ban tahun ke-9 H/ 630 Masehi dimandikan oleh Asma binti Umais dan Shafiyyah binti Abdul Muthalib dan disaksikan pula Ummu ‘Athiyyah al-Anshariyah, Nabi Muhammad sendiri yang mensholati dan duduk di atas kuburannya sementara air matanya berlinang. Turun ke liang lahat kuburnya, Ali bin Abi Thalib, Fadhl bin ‘Abbas bin Abdul Muthalib dan Usamah bin Zaid.
- Turunnya Ayat Perintah Bershalawat terjadi pada bulan Sya’ban, dimana Allah menurunkan ayat perintah untuk bershalawat kepada Rasulullah SAW. yaitu “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56). Hal ini dikarenakan bulan Sya’ban adalah bulannya nabi SAW.
- Turunnya Perintah Puasa Ramadhan terjadi pada bulan Sya’ban. Allah juga menurunkan ayat perintah kepada umat Islam untuk melakukan puasa di bulan Ramadhan. “Wahai orang-orang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
- Diangkatnya Amal Manusia oleh Allah SWT. Usamah bin Zaid menyebutkan dalam hadits, “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Syaban? Rasulullah menjawab, itu bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan serta banyak orang lalai padanya. Dialah bulan diangkatnya amal kepada Rabbil ‘alamin (Tuhan Pemelihara Alam Raya). Aku senang amalku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa,” (HR. An-Nasa’i)
- Keutamaan Malam Nisfu Syaban selain karena menjadi malam utama setelah Lailatul Qadr, Nisfu Syaban menjadi malam yang istimewa dan penting bagi umat muslim. Nisfu Syaban adalah malam terijabahnya doa dan hajat, malam pengampunan dosa dan malam yang dinilai penuh dengan rahmat. Bahkan, Nisfu Syaban juga menjadi malam terbukanya semua pintu langit yang dijaga oleh malaikat. Umat muslim pun dianjurkan untuk menghidupkan malam Nisfu Syaban yang jatuh pada setiap pertengahan bulan Syaban. “Rasulullah bersabda: Sesungguhnya (rahmat) Allah mendekat kepada hambanya (di malam Nisfu Sya’ban), maka mengampuni orang yang meminta ampunan, kecuali pelacur dan penarik pajak” (HR at Thabrani dalam al-Kabir dan Ibnu ‘Adi dari Utsman bin Abi al-‘Ash). Adapun amalan yang dapat dilakukan pada malam nisfu Syaban antara lain sholat sunnah, tadarus Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, dan membaca surah Yasin. “Di antara keistimewaan surat Yasin, sebagaimana menurut sebagian para ulama, adalah dibaca pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak tiga kali. Yang pertama dengan niat meminta panjang umur, kedua niat terhindar dari bencana dan ketiga niat agar tidak bergantung kepada orang lain”. (Fathu al-Malik al-Majíd, 19)
- Berpindahnya Arah Kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Kiblat merupakan arah umat muslim di seluruh dunia pada saat melaksanakan sholat. Perubahan arah kiblat ini berpindah dari Baitul Maqdis menjadi ke arah Ka’bah di Masjidil Haram. Peristiwa ini adalah hal yang sangat ditunggu oleh Nabi Muhammad SAW karena pada masa itu, umat Yahudi mengolok-olok kaum muslimin karena beribadah menghadap ke arah yang sama dengan mereka. Oleh karenanya, untuk menghindari perselisihan Nabi Muhammad SAW menantikan perintah dari Allah SWT untuk memindah kiblat umat muslim. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 144:قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُو ٱلْكِتَٰبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونArtinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.
- Pernikahan Nabi
- Sayyidah Juwairiyah menikah dengan nabi SAW. pada Sya’ban tahun 6H berdasarkan pendapat yang lebih benar (ashah) sebagaimana dikemukakan sejarawan Shafiyurrahman al-Mubarakfuri dalam Rahiqul Makhtum, sementara jika merujuk pada pendapat Nuruddin al-Halbi dalam Sirah al-Halabiyah terjadi pada Sya’ban tahun 4 H
- Sayyidah Hafshah binti Umar dinikahi nabi SAW pada bulan Sya’ban tahun ke 3 H. Ketika itu, usia Sayyidah Hafsah berusia 21 tahun-riwayat lain 18 dan 20 tahun-dan berstatus sebagai janda dari Khunais bin Hudzafah as-Sahmi. Khunais adalah seorang yang termasuk memeluk Islam pada masa-masa awl. Dia pernah dua kali mengikuti hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan ke Madinah. Dia wafat setelah mengalami luka parah dalam Perang Uhud.
- Perang Bani Mustaliq (bahasa Arab: غزوة بني المصطلِق) atau Muraisi’ (اَلْمُرَيْسِيْع) adalah perang Nabi saw melawan bani Musthaliq. Perang ini terjadi pada tahun 5 atau 6 H di daerah Fur’un, antara Madinah dan Mekah. Bani Musthaliq tinggal di dekat kota Mekah, dan setelah Islam datang mereka seperti kaum musyrikin memusuhi kaum muslimin. Dalam perang ini, kaum muslimin mengalahkan bani Musthaliq. Poin yang perlu diperhatikan dalam perang ini adalah pengkhianatan dan pembuatan perpecahan yang dilakukan oleh sebagian orang-orang munafik. Surah Al-Munafiqun turun ke Nabi saw setelah perang ini disebabkan pembuatan perpecahan ini.
Maka dari itu, kita tidak boleh menyia-nyiakan bulan Rasulullah ini. Selain itu, juga terdapat amalan-amalan khusus bulan Sya’ban. Salah satunya yaitu, puasa sunnah Sya’ban. Semoga Allah senantiasa merahmati kita. Aamiin. Wallahu a’lam.