Hedonisme dan Qonaah

Pada dasarnya menentukan gaya hidup adalah hak masing-masing manusia. Ada dua gaya hidup yang familiar, yaitu minimalis dan hedonis. Dikutip dari laman Breakthetwitch, gaya hidup minimalis adalah suatu konsep menjalani hidup dengan barang sedikit dan sesederhana mungkin, tapi mampu memberikan manfaat yang maksimal. Sebaliknya, gaya hidup hedonis adalah cara menjalani hidup dengan menghabiskan atau membeli barang yang banyak dan tidak memberikan manfaat yang maksimal.

Menurut Wikipedia, Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Di zaman modern ini, hedonisme disandingkan dengan makna kemewahan, gaya hidup berlebihan, dan cenderung kepada perilaku konsumtif. Gaya hidup hedonis adalah gaya hidup yang negatif. Dimana kita tidak bisa mengatur keuangan dengan mengedepankan kebutuhan sekunder bahkan tersier daripada kebutuhan primernya. Dimana kita menghamburkan uang begitu saja untuk memenuhi keinginan dan nafsu.

Beberapa contoh gaya hidup hedonis, yaitu seperti hanya mau makan makanan enak setiap hari, membeli mobil mewah, membeli barang yang tidak diperlukan, berhutang untuk mentraktir teman, dan masih banyak lagi lainnya.

Kita sebagai umat muslim sudah seharusnya berusaha untuk terhindar dari gaya hidup negatif yang satu ini. Islam sebagai agama yang kompleks, dimana tanpa kita sadari, syariat-syariat islam yang ada selama ini bukanlah semata-mata sebagai formalitas agama, namun juga turut membantu kita menata hidup dengan lebih baik.

Sebagaimana dengan diajarkannya sifat qonaah, Islam secara tidak langsung menuntun kita agar terhindar dari sifat hedonis. Qonaah merupakan salah satu akhlak thayyibah atau akhlak yang baik yang diajarkan dalam islam. Secara Bahasa, qonaah memiliki arti merasa cukup. Sedangkan menurut istilah, qonaah yaitu merasa cukup dengan apa-apa yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala.

Di dalam islam, sifat qonaah mengacu pada sifat Syukur yang mana setiap sifat qonaah pasti disertai dengan sifat Syukur kepada Allah dan apa-apa yang telah dimilikinya. Dimana setiap manusia yang menerapkan sifat qonaah dalam hidupnya hatinya akan senantiasa rela dan lapang juga tidak melulu mengejar sesuatu demi memenuhi nafsunya sebagaimana sifat hedonis.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Rosulullah yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:


لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Sungguh beruntung orang yang masuk islam dan rizkinya cukup dan merasa cukup dengan apa-apa yang pemberian Allah”

Terdapat dalam hadits Bukhari Muslim yang lain yang juga membahas tentang sifat qonaah:

“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari-Muslim)

Itulah sedikit tentang sifat hedonis dan sifat qonaah. Semoga kita selalu berada di dalam lindungan Rahmat-Nya sehingga terhindar dari sifat-sifat negative. Amin yaa robbal ‘alamin.

———————————————–

Kunjungi sosial media Pondok Pesantren Darul Faqih :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *