Memperhatikan kehidupan setelah kematian, pada konteks umumnya menjadi ukuran kecerdasan seseorang. Saat seorang sahabat Anshar bertanya, siapakah orang yang paling cerdas? Rasulullah menjawab:
أكثرهم للموت ذكرا، وأحسنهم لما بعده استعدادا
“Orang yang paling banyak ingat mati dan paling baik dalam mempersiapkan kehidupan setelahnya.”
Orang berakal adalah orang yang melihat segala sesuatu sesuai hakikatnya. Dia tidak tertipu oleh hal-hal tampak, yang terkadang melalaikan sebuah hakikat (the truth). Jangan dikira orang yang ingat mati itu hidupnya statis, penuh dengan ketakutan, selalu berada di masjid, hidup menyendiri, tidak mau bersosialisasi. Ingat mati berbeda dengan takut mati. Ingat mati juga berbeda dengan “kepengin mati”.
Orang ingat mati adalah orang yang hidupnya dinamis. Di usia sekolah, dia sekolah. Di usia kuliah, dia kuliah. Di usia kerja, dia bekerja. Namun dia menjalani semua itu dengan hiasan “ingat mati”. Orang yang ingat mati dan baik dalam mempersiapkan kehidupan setelah kematiannya akan melakukan sesuatu yang hanya positif dan bermanfaat.
Seorang pedagang yang ingat mati tak akan berani melakukan penipuan dalam bisnisnya. Karena dia tahu semua ada tanggung jawabnya. Pejabat yang ingat mati dan baik dalam mempersiapkan kehidupan setelah kematiannya tidak akan berani melakukan korupsi. Yang dia lakukan hanya sesuatu yang bersifat positif dan bermanfaat. Karena dia tahu, semua ada konsekuensi dan tanggung jawabnya.
Dalam hadits tersebut, Rasulullah mengajarkan bahwa ukuran kepandaian dan kecerdasan seseorang tidak semata masalah kognitif. Namun juga aspek afektif dan psikomotoriknya.
Moral knowing, moral feeling, moral behavior.
Semoga bermanfaat.
———————————————–
Kunjungi sosial media Pondok Pesantren Darul Faqih :
- Website : www.darulfaqih.com
- Instagram : darulfaqih.official
- Facebook : darul faqih pandanlandung malang
- Youtube : santri pandan darul faqih malang