Kita mengangkat kedua tangan ke langit saat berdoa, bukan menandakan kita percaya bahwa Allah di langit. Namun karena langit itu adalah kiblat doa, serta sebagai isyarat tentang Keagungan dan Ke mahabesaran Allah.
Imam al-Ghazali menjelaskan:
فَأَمَّا رَفْعُ الأَيْدِي عِنْدَ السُّؤَالِ إِلَى جِهَّةِ السَّمَاءِ فَهُوَ لِأَنَّهَا قِبْلَةُ الدُّعَاءِ وَفِيْهِ أَيْضاً إِشَارَةٌ إِلَى مَا هُوَ وَصْفٌ لِلْمَدْعُو مِنَ الجَلاَلِ وَالكِبْرِيَاءِ تَنْبِيْهاً بِقَصْدِ جِهَّةِ العُلُوِّ عَلَى صِفَةِ المَجْدِ وَالعَلاَءِ فَإِنَّهُ تَعَالَى فَوْقَ كُلِّ مَوْجُوْدٍ بِالقَهْرِ وَالاِسْتِيْلاَءِ. إحياء علوم الدين (1/ 107)
“Adapun mengangkat tangan ke arah langit saat berdoa, maka karena langit adalah kiblat doa. Selain itu, posisi tangan saat berdoa itu merupakan isyarat tentang kedudukan tinggi dan kemuliaan Dzat yang diminta dalam doa, mengingatkan tentang kedudukan tinggi Dzat yang Mulia dan Maha Tinggi. Allah Ta’ala berada di atas segala sesuatu yang ada pada sisi kewenangan dan kekuasaan-Nya.” (Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid 1, hal. 107)

Maka sesuai pemahaman aqidah Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang benar, Allah itu Suci. Allah tidak membutuhkan tempat, sebagaimana Dia tidak berbentuk jasmani, memiliki arah, dan sifat-sifat lain yang memiliki keserupaan dengan makhluk.